Nazaruddin akhirnya kembali bernyanyi terkait informasi yang selama ini ia sampaikan ke publik saat pelarian. Seusai diperiksa Komite Etike KPK, Nazaruddin menyampaikan beberapa hal yang sejatinya masih sama dengan keterangan sebelumnya.
Dia menyebutkan tentang pertemuan dirinya dengan Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah selama lima kali. Pembicaraan dalam pertemuan tersebut terkait dengan kasus. Di antaranya terkait pengadaan baju hansip saat Pemilu 2009 serta pengadaan E-KTP.
Nazaruddin juga mengungkapkan tentang inisial CDR yang disampaikan mantan Wakil Direktur Keuangan Permai Group Yulianis yang tak lain adalah Chandra M Hamzah. Lebih dari itu, Nazaruddin juga mengungkapkan Yulianis selalu berkoordinasi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin menilai pernyataan Nazaruddin yang disampaikan seusai diperiksa Komite Etik menunjukkan ketidaktuntasan informasi. Dia menilai, pernyataan Nazaruddin tidak stabil sebagaimana yang disampaikan Ketua Komite Etik Abdullah Hehamahua. "Tidak jelas dan tidak tuntas seperti yang dijanjikan," katanya.
Amir menduga pengulangan informasi yang disampaikan Nazaruddin bisa saja dikarenakan tidak adanya bukti. Lebih dari itu, apa yang dilakukan Nazaruddin belakangan hanya sebagai strategi hukum.
Pernyataan Nazaruddin sebelum dan sesudah ditangkap memang memiliki perbedaan yang mencolok. Daya kejut dua momentum yang berbeda itu juga tidak memiliki kesamaan satu dengan lainnya.
Unsur dramatisasi saat menyebut beberapa nama di pelarian jelas cukup kental ketimbang dirinya menyampaikan hal yang serupa diperiksa aparat penegak hukum. Tidak sekadar itu, langkah Nazaruddin yang hanya melakukan pengulangan informasi justru pada akhirnya hanya akan merepotkan dirinya. Tudingan terhadap Nazaruddin hanya membual terkait informasi tersebut, sulit terelakkan.
Padahal, jika mengikuti alur 'gerakan' Nazaruddin, saat ini bukan fase membuat kejutan lagi. Momentum itu telah usai saat ia menyampaikan kepada publik dalam pelarian baik melalui BlackBerry Messenger (BBM) maupun wawancara visual maupun audio dengan sejumlah stasiun televisi.
Jika Nazaruddin serius melakukan 'gerakan' membongkar serangkaian skandal yang menyeret beberapa nama di KPK dan Partai Demokrat, seharusnya beranjak pada fase menyampaikan fakta dan data. Tugas Nazaruddin saat ini tidak lagi membuat kejutan. Karena publik tak mendapatkan informasi yang baru terkait nyanyian tersebut.
Jika masih menggunakan pola yang sama saat dalam pelarian tanpa memberikan data dan fakta, berharap Nazaruddin membongkar skandal korupsi di internal KPK dan Partai Demokrat tak ubahnya menggantang asap saja.
Ekspektasi publik yang menginginkan bersuara apa adanya seharusnya dipahami baik oleh Nazaruddin maupun Tim Pengacaranya. Jika masih menggunakan pola seperti saat pelarian, Nazaruddin justru akan merugi. Tudingan halusinasi yang selama ini meluncur dari elit Partai Demokrat pada akhirnya bisa menemukan pembenaran.
Jadi, jika Nazaruddin tidak menyampaikan fakta dan data terkait serangkaian tudingannya, dapat dipastikan tidak ada dampak politik apapun khususnya bagi Partai Demokrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar